Minggu, 20 Januari 2013

Zona Pemeliharaan Bersama “Kaedah bagi lingkungan laut dan nelayan”

Zona Pemeliharaan Bersama (ZPB) merupakan suatu daerah perlindungan dikawasan laut desa Bangring, kecamatan Wongsorejo yang dibentuk oleh Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti dan difasilitasi oleh Pelangi Indonesia. Berbeda halnya dengan kawasan lindung Kayu Aking di daerah Muncar yang dikelola langsung oleh Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Banyuwangi, ZPB semenjak ditetapkan pada 8 Agustus 2008 dan hingga kini sudah dikelola oleh nelayan yang tergabung dalam Badan Pengelola dibawah struktur kepengurusan Samudera Bakti.
ZPB dibuat dengan tujuan sebagai tempat pemijahan ikan karang dengan menjaga kondisi karang hidupnya. Zona ini menggunakan sistem buka tutup (Open-closed Zone), oleh karena itu dalam waktu tertentu saja dapat dibuka untuk dimanfaatkan dalam batas tertentu dalam hal ini selama 6 bulan sekali, yang kemudian akan ditutup kembali dan tidak diperbolehkan adanya aktivitas di zona ini, kecuali untuk pemantauan terumbu karang setiap 3 bulan sekali.
Pengelolaan ZPB ditangani oleh Badan Pengelola yang terdiri atas Tim monitoring dan tim pengawas. Tim monitoring bertugas dalam melakukan pendataan terumbu karang di ZPB setiap 3 bulan sekali, sedangkan tim pengawas mempunyai tugas rutin dalam mengawasi aktivitas di sekitar ZPB, untuk mencegah terjadinya pencurian ikan ataupun aktivitas yang dapat mengganggu kondisi karang hidup di ZPB seperti pelemparan jangkar kapal di zona ini, pemakaian potas dan pemboman ikan.
Selama kurun waktu 6 bulan zona ini dibentuk sudah dirasakan oleh nelayan itu sendiri, karena jenis-jenis ikan yang ditemukan mulai bertambah dan kelimpahannya pun meningkat pesat. Adapun data pengamatan terhadap kondisi penutupan karang hidup dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
grafik-zpbGrafik 1. Penutupan karang hidup di Zona Pemeliharaan Bersama (Pelangi, 2009)
Penutupan alga mendominasi di zona tersebut sejak awal hingga kini, hal ini disebabkan sebelumnya zona ini sering digunakan oleh pelaku pemboman sehingga kondisi karangnya termasuk dalam kondisi kritis, hal ini ditunjukan dengan banyak ditemukannya karang-karang berukuran kecil (juvenil). Namun kendalanya hingga saat ini penutupan karang hidup terus mengalami penurunan, antara karang dan alga berkompetisi dalam memperebutkan ruang untuk berkembang biak. Kondisi geografis ZPB lebih mendukung pertumbuhan alga dikarenakan dekat dengan muara sungai sehingga pasokan nutrisi dari daratan akan menyuburkan alga dan letaknya pun dekat dengan pelabuhan nelayan.
Berdasarkan pengamatan tersebut, Badan Pengelola membuat rekomendasi kedepannya untuk tidak menangkap ikan maupun biota pemakan alga (herbivora) dengan harapan berguna sebagai pembatas pertumbuhan alga di zona. Ikan herbivora yang dominan ditemukan daerah ini antara lain : Botana (Achanturidae) atau surgeonfish, Sadar (Siganidae) atau rabbitfish, dan Kakaktua(Scaridae) atau parrotfish, sedangkan biota lainya adalah bulu babi.
Hasil yang dirasakan oleh nelayan ketika membuka ZPB untuk dimanfaatkan pada bulan Febuari 2009 ini adalah berlimpahnya jenis-jenis ikan hias yang tergolong langka ditemukan didaerah ini dan sekitarnya dalam jumlah banyak. Seperti berbagai jenis ikan angel, sadar, platax, dan lain-lainnya, gurita berukuran besar juga ditemukan di zona ini.
ZPB yang ditetapkan hanya berukuran seluas 0,38 Ha dibandingkan dengan keseluruhan terumbu karang di Bangsring seluas 88,23 Ha, hal ini sudah merupakan langkah yang baik dalam merehabilitasi kondisi terumbu karang yang sudah rusak ada. Potensi ikan karang yang dijaga selama 6 bulan tersebut diharapkan juga berguna bagi daerah disekitarnya (YG).
Sumber: ataplaut

Nelayan Ikan Hias Air Laut

Saat duduk di bangku SMA saya masih berfikir bahwa profesi seorang nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan ikan untuk kebutuhan konsumsi kita. Ternyata saat ini saya baru sadar bahwa konotasi tersebut ternyata terlalu dangkal. Ternyata banyak hal yang dikerjakan oleh nelayan di sektor perikanan itu sendiri, yaitu mulai dari membudidaya ikan konsumsi, udang-udangan, kerang mutiara hingga budidaya rumput laut, ada juga nelayan yang khusus menangkap cumi-cumian, gurita dan ikan hias laut.
Nelayan tersebut mempunyai cara tersendiri dalam mengembangkan usahanya, seperti halnya nelayan budidaya yang bekerja mulai dari bak-bak penampungan hingga keramba jaring apung (KJA), terdapat juga nelayan yang menangkap dengan bagan-bagan yang didirikan di tengah laut yang biasanya bekerja pada malam hari, dan khusus ikan hias mereka menggunakan 2 cara, yaitu dengan menggunakan kompresor tambal ban yang sering disebut nelayan ikan hias kompresor dan yang hanya menggunakan ban dalam mobil saja yang dinamakan nelayan ikan hias pinggiran.
Mengenai kelengkapan bekerja nelayan ikan hias kompresor, antara lain : alat skin dive seperti kaca mata renang atau masker dan kaki katak (fin), perlengkapan kompresor tambal ban beserta selangnya yang diperpanjang hingga 200m perunit dan mouthfish, tabung oksigen, sedangkan untuk alat tangkapnya mereka menggunakan jaring, serokan, plastik dan jarum suntik.
Untuk nelayan ikan hias pinggiran alat tangkap yang dipergunakan sedikit berbeda, mereka tidak menggunakan perlengkapan kompresor hanya saja mereka menggunakan keranjang dan ban dalam mobil yang diisikan oksigen.
Khusus nelayan ikan hias di desa Bangsring Banyuwangi mereka membuat fin sendiri yang dibuat dari pipa paralon yang diikatkan pada sepatu coral (coral boots), selangnya pun sering mereka perpanjang hingga 400m dan mereka menggunakan kail sebagai penahan arus dan sebagai alat bantu menggiring ikan hias yang terdapat didalam lubang-lubang karang.
Keunikan sebagai nelayan ikan hias itu sendiri adalah cara menangkap ikan buruan mereka, nelayan ini dituntut untuk menangkap berbagai jenis ikan karang diberbagai habitatnya masing-masing tanpa melukai ikan tersebut. Banyaknya jenis ikan hias tentunya membuat mereka harus berpikir banyak dalam menangkapnya.
Selain tantangan dalam menangkap ikan hias tersebut bagi nelayan untuk mengetahui cara selam yang aman itu sangat penting bagi keselamatan mereka sendiri, tidak jarang kasus kecelakaan kerja dalam penyelaman kompresor terjadi, mulai dari kasus kelumpuhan hingga kematian. Nelayan sering menyebutnya penyakit kram.
Bagi semua nelayan dengan berbagai keahlian yang mereka miliki yang pasti jika sudah menghadapi kondisi cuaca buruk yang semakin tidak dapat mereka prediksi waktu dan intesitasnya sungguh sangat menyulitkan mereka. Oleh karena itu mereka rentan sekali jika mendapat hambatan dari faktor alam (YG).
fin buatan nelayan ikan hias desa Bangsring
Fin buatan nelayan ikan hias desa Bangsring
Ban berisi oksigen dan keranjang ikan hias
Ban berisi oksigen dan keranjang ikan hias
Selang kompresor dan mouthfish
Selang kompresor dan mouthfish