Banyuwangi, Kompas - Nelayan ikan hias di Bangsring,
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (16/7), menanam ratusan bibit
terumbu karang di Selat Bali secara swadaya. Penanaman dengan sistem
adopsi terumbu karang itu dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem selat
Bali yang telah rusak.
Bibit terumbu-terumbu karang disiapkan dan
dipasang ke laut oleh nelayan sendiri. Dananya selain berasal dari
patungan juga diperoleh dari donatur.
Sistem adopsi berarti para
donatur bisa mengadopsi atau mendapatkan satu bibit terumbu karang
setiap menyumbang Rp 100.000. Dalam penanaman terumbu karang kemarin,
terkumpul 144 bibit.
Sebanyak 144 bibit terumbu karang itu
kemudian ditanam di sembilan demplot yang terbuat dari pipa paralon yang
disambung sedemikian rupa sehingga membentuk bujur sangkar.
Ikhwan
Arief, Ketua Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti yang memelopori
penanaman terumbu karang mengatakan, pihaknya mencoba menambah populasi
terumbu karang di Selat Bali. Sebab, terumbu karang di kawasan itu telah
rusak karena perilaku penangkapan ikan yang salah. ”Sejak tahun 1970-an
penangkapan ikan dengan bom dan potasium marak. Akibatnya, terumbu
karang di kawasan ini jadi rusak, angka kerusakan mencapai 82,5 persen,”
katanya.
Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi Letkol (Laut) M
Nazif yang ikut dalam kegiatan ini mengakui kasus pengeboman dan
penangkapan ikan dengan potasium sejak dulu menjadi persoalan di Selat
Bali. Tim patroli hampir selalu bisa menemukan nelayan yang membawa
potas atau bom ikan setiap kali berpatroli. Namun sejak 2008, penggunaan
alat tangkap tak ramah lingkungan itu mulai berkurang.
Sebaliknya,
sebagian nelayan di Kota Padang, Sumatera Barat, masih kesulitan
merehabilitasi terumbu karang. Padahal penurunan hasil tangkapan ikan
telah menjadi persoalan besar dalam beberapa tahun terakhir.
”Nelayan
masih berjalan sendiri-sendiri walaupun musyawarah pernah dilakukan
beberapa bulan lalu,” kata Nurman (59), nelayan di kawasan Teluk Kabung,
Kota Padang. (NIT/INK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar